ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA
Oleh: Ibu Listyorini, S.Pd.
A. Wawasan : Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakikat.
Wiyata : Pendidikan Mandala : Tempat atau lingkungan Wiyata mandala , adalah :
Sikap menghargai dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekolah sebagai tem
pat menuntut ilmu pengetahuan .
Unsur – unsur wiyata mandala :
1. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas penyelenggaraan
pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan kerjasama erat untuk
mengemban tugas pendidikan ( hubungan yang serasi )
4. Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung tinggi martabat dan
citra guru.
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan mendukung antar warga
B. Sekolah Dan Fungsinya
Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM , menanamkan dan mengembangkan berba
gai nilai , ilmu pengetahuan , teknologi dan keterampilan.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat berlangsungnya PBM untuk membina
dan mengembangkan :
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pandangan hidup / kepribadian
3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan Tuhannya
4. Kemampuan berkarya
C. Fungsi Sekolah
Sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki aturan / tata tertib kehidupan yang menga
tur hubungan antara guru , pengelola pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pen
didikan yang telah ditetapkan dalam suasana yang dinamis
D. Ciri – Ciri Sekolah Sebagai Masyarakat Belajar
1. Ada guru dan siswa , timbulnya PBM yang tertib
2. Tercapainya masyarakat yang sadar , mau belajar dan bekerja keras
E. Prinsip Sekolah
sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya ,juga ha
rus mencegah masuknya faham sikap dan perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat
menimbulkan pertentangan antara sesama karena perbedaan suku , agama , asal usul keturu
nan , tingkat sosial ekonomi serta perbedaan paham politik.
sekolah tidak boleh hidup menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam ma
syarakat tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi kehidupan masya
rakat sekitarnya , serta mampu mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang akan menimbul
kan pertentangan.
Untuk itu sekolah memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah sebagai wadah / lembaga yang memberikan bekal hidup. Dalam hal ini sekolah
seharusnya bukan hanya sekedar lembaga yang mencetak para intelektual muda namun
lebih dari itu sekolah harus menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan pe
ngalaman tentang hidup , mulai dari berorganisasi ,bermasyarakat ( bersosialisasi ), pen
didikan lingkungan hidup ( PLH ) atau bahkan pengalaman hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah bimbingan pendidik.
bimbingan lebih dari sekedar pengajaran. Dalam bimbingan peran pendidik berubah da
ri seorang pendidik menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil / merata bagi stakeholdernya.
hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan mendapatkan transfer of knowledge,
maupun transfer of experience , dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan
ekonomi , kemampuan intelegensia , dan juga kemampuan fisik
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa. Prinsip ini sejalan de
ngan teori multiple intelligence ( Howard Gardner ) yang memandang bahwa kecerdas
an intelektual bukanlah satu – satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidik
an , terutama sekolah . Kemampuan bersosialisasi , kemampuan kinestik , kemampuan
seni dan kemampuan – kemampuan lainnya juga perlu diperhatikan secara seimbang.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi. Peningkatan kemam
puan intelektual , emosional maupun kemampuan – kemampuan lainnya mendapat per
hatian yang seimbang.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan kemampuan emosio
nal dan sosial ,kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi , kemampuan bekerjasama
dalam kelompok dan lain – lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap sederhana , khususnya
kepada yang kurang beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di da
lam lingkungan sekolah.
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang berubah begitu cepat ,
salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki tiap peserta adalah kompetensi dasar ,
belajar secara mandiri . Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah , pendi
dik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan perintah . Lebih dari itu pe
serta didik akan mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan men
dapatkan apa yang ia butuhkan untuk hidupnya
9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar ( learning society ). Sekolah bukan hanya
sebagai tempat pembelajaran bagi peserta didik , namun juga seharusnya sekolah mam
pu menjadi pusat pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.
F. Penggunaan Sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan sebagai tempat proses kegiatan
belajar mengajar , tidak diperbolehkan dijadikan sebagai tempat :
1. Ajang promosi / penjualan produk – produk perniagaan yang tidak berhubungan dengan
pendidikan.
2. Sekolah merupakan lingkungan bebas asap rokok bagi semua pihak
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu yang bertentangan
Dengan undang – undang
4. Propaganda politik / kampanye
5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan – kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan , perpecahan ,dan perselisihan,
sehingga menjadikan suasana sekolah tidak kondusif.
G. Penataan Wiyata Mandala Dalam Upaya Ketahanan Sekolah
1. Ketahanan sekolah lebih menitik beratkan pada upaya – upaya yang bersifat preventif.
2. Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya , perlu dilakukan penata
an Wiyata Mandala di sekolah melalui langkah – langkah :
a. Meningkatkan koordinasi dan konsolidasi sesama warga sekolah untuk dapat men
cegah sedini mungkin adanya kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu pro
ses belajar mengajar.
b. Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.
c. Melakukan koordinasi dengan Komite Sekolah dan pihak keamanan setempat un
tuk terselenggaranya ketahanan sekolah.
d. Mengadakan penyulihan bagi orangtua dan siswa yang bermasalah.
f. Pembinaan dan pengembangan keimanan , ketaqwaan , etika bermoral Pancasila,
kepribadian sopan santun dan berdisiplin
g. Pengembangan logika para siswa , rajin belajar , gairah menulis , gemar membaca,
informasi / penemuan para ahli
h. Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.
i. Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan iptek.
H. Tugas Wewenang Dan Tanggungjawab Kepala Sekolah Dalam Hal Pelaksanaan Wiyata Mandala
Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama , bertugas dan bertanggungjawab memimpin penye
lenggaraan belajar mengajar serta membina pendidik dan tenaga kependidikan serta membina
hubungan kerja sama dan peran serta masyarakat.
Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan Wiyata Mandala di sekolah , dengan melakukan
kegiatan – kegiatan :
1. Melaksanakan program – program yang telah disusun bersama Komite sekolah
2. Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik , OSIS , Komite Seko
lah , tokoh masyarakat serta pihak keamanan setempat.
3. Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat keras (sarana prasarana)
dan perangkat lunak ( peraturan – peraturan , tata tertib, tata upacara dan lain – lain ).
4. Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat intern sekolah ( Kepa
la Sekolah , pendidik , orangtua siswa , siswa ).
5. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan sekolah ,seperti PKS ,Pra
muka , PMR , Tonti , Kesenian dan sebagainya.
I. Mekanisme Dalam Pelaksanaan Wiyata Mandala
Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penanggulangan secara dini setiap per
masalahan yang timbul sehingga dapat menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan
secara terpadu , bertahap , dan berlanjut sebagai berikut :
1. Tahap Preventif , upaya untuk meniadakan peluang – peluang yang dapat memungkinkan
terjadinya kasus – kasus negatif di sekolah, melalui antara lain :
a. Memelihara sekolah dan lingkungan sekolah serta menciptakan kebersihan dan
ketertiban agar siswa merasa nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat
tertentu yang dijadikan siswa untuk hal – hal negatif.
b. Membentuk jaring – jaring pengawasan / kontrol dan razia terhadap kegiatan sis
wa di lingkungan sekolah
c. Menghilangkan bentuk – bentuk perpeloncoan pada saat MPLS
d. Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan dalam kegiatan sklh.
e. Mengisi jam – jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan ekstra lainnya
f. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler pada masa awal / akhir semester dan ma
sa liburan sekolah
g. Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat berangkat / usai
sekolah.
2. Tahap Represif , upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar peraturan – peratur
an dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti :
a. Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut orangtua / pendidik
pembinanya.
b. Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
c . Menetralisir isu – isu yang berkembang dan mencegah timbulnya isu – isu baru.
d. Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat pihak luar sekolah yang
melanggar keamanan , ketertibab dan perbuatan kriminalitas di lingkungan sklh.
e. Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah atas kasus yang timbul
dan menyelesaikan secara hukum.
F . Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan dan penyuluhan.
g. Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.
Kirim Komentar